Oleh: Prof Dr Haryono Suyono, Ketua hipprada 2012
Minggu lalu, dalam suasana prihatin yang mendalam terhadap kondisi negara dan anak bangsa yang menghadapi krisis yang berat, bahkan sudah mencapai krisis multi dimensi, krisis ekonomi, sosial, dan budaya, sekitar 500 Pengurus dan anggota HIPPRADA, Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda, yang beranggotakan pandu dan pramuka senior serta warga yang berjiwa kepanduan, berkumpul di Jakarta. Dalam kesepakatan yang tinggi mereka sepakat, bahwa bangsa ini berada di tengah-tengah, bahkan kadang-kadang menjadi pusat munculnya akibat kemajuan tehnologi yang pesat, tehnologi informasi, yang membawa dampak yang sangat heterogen kepada seluruh anak bangsa. Segala kemajuan diterima dan dicerna dalam demensi yang bervariasi dan membawa pengaruh yang kompleks. Budaya asing masuk melalui informasi yang terbuka dan karena kurangnya sarana filter atau saringan untuk memilah yang baik dan yang negatif, yang tak sesuai dengan budaya kita sendiri, lambat laun yang kurang baik mengikis budaya adi luhung warisan nenek moyang dan selanjutnya, kalau tidak waspada, bisa merubah jati diri bangsa.
Kekhawatiran terhadap perubahan sikap dan perilaku generasi muda yang sudah sangat besar, ancaman penggunaan narkoba, rasa kekeluargaan saling menghormati sesama semakin luntur dengan seringnya terjadi bentrok antar warga, tawuran antar siswa, suatu perilaku yang sudah jauh dari rasa persatuan, kekeluargaan dan jiwa gotong royong berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu para senior yang tergabung dalam Hipprada, merasa perlu makin peduli terhadap segala macam ancaman pembangunan karakter generasi muda dan mencari upaya-upaya berupa kegiatan nyata untuk menggugah kesadaran dan tindak nyata masyarakat secara cerdas, sederhana dan dapat dilaksanakan untuk membawa generasi muda menjadi calon pemimpin masa depan bangsa. Para senior yakin bahwa upaya-upaya nyata itu perlu diwujudkan sebagai pengabdian yang dilakukan secara terus menerus mengingat komitmen dengan semboyan “Budi Luhur Darma Bakti”, yang selama masa muda selalu diucapkan sebagai Pandu atau Pramuka, menjadi dasar utama dari jiwa dan semangat kepanduan atau kepramukaan.
Musyawarah Nasional (Munas) Hipprada yang dilaksanakan selama tiga hari minggu lalu itu, dibuka oleh Menko Kesra RI, Dr, Agung Laksono serta Ka-Kawarnas Gerakan Pramuka, Prof. Dr. Azrul Azwas dengan laporan yang lengkap dari Ketua Umumnya, Prof. Dr. Haryono Suyono. Munas yang sepakat mengangkat Parni Hadi sebagai Pimpinan Sidang itu selanjutnya membahas arahan dua petinggi penting itu sebagai bahan utama bersama pengalaman yang sangat luas dari para anggota pengurus dari pusat dan daerah-daerah.
Munas yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 18 Pengurus Cabang Hipprada dari tingkat Provinsi serta anggotanya dari tingkat Kabupaten/Kota itu berlangsung dengan sangat dinamis. Para anggota senior yang berpengalaman luas dalam hidup bermasyarakat dan semasa mudanya sangat giat dalam kepanduan itu dengan mudah saling menyamakan persepsi dan mengambil kesimpulan yang dinamis untuk masa depan anak bangsa di desa dan pedukuhan. Mereka merasa perlu segera “turun gunung” ikut “cancut tali wanda”, menyingsingkan lengan baju dan mempergunakan pengalaman dan kearifan untuk ikut membantu dan mendampingi masyarakat, khususnya generasi muda dan dewasa mengamati dan menyelesaikan masalah yang membelenggu anak bangsa dewasa ini.
Dari semangat yang ada, tidak seperti diduga banyak kalangan para senior ini tidak saja peduli terhadap diri sendiri, jauh dari kepentingan yang berbau politik praktis, tetapi mereka merasa sangat prihatin dan sayang apabila dua generasi dibawahnya, generasi dewasa dan generasi anak-anak sampai terganggu dan tidak bisa tumbuh subur menjadi insan yang potensial, sehat dan cerdas serta mampu mengukir masa depan yang lebih baik. Mereka sepakat untuk segera mengadakan konsolidasi di seluruh wilayah dan mengajak para senior dengan pengalaman luas untuk “turun gunung” bergabung dalam gerakan masyarakat yang peduli sesama anak bangsa. Mereka akan bekerja cerdas, keras tetapi santai dengan tujuan luhur yang terarah sehingga dalam keadaan senior dan raga yang tidak lagi selincah masa mudanya tetap bisa dan mampu menghasilkan karya nyata yang berguna untuk anak bangsanya.
Para senior mengharapkan pengurus pusat yang pada akhir pertemuan ditunjuk secara aklamasi segera merumuskan dan memberi arahan program dan kegiatan sederhana untuk mempersiapkan pemberdayaan generasi muda agar dengan persiapan yang matang bisa bekerja cerdas dan keras di waktu muda untuk mengantar kehidupan yang sejahtera dan damai. Para senior yang umumnya telah merasa mendapat pengalaman sebagai penduduk lanjut usia, atau lansia, tidak ingin generasi yang mengikutinya hanya mampu melihat barang mewah di Mall, tetapi bisa membeli dan menikmati hasil produk yang ada gunanya. Mereka tidak menghendaki adanya program dan kegiatan dengan nilai nominal milyaran, tetapi pemberdayaan karakter yang bisa memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus mengembangkan diri menjadi sosok insan mandiri yang cerdas, ulet, dinamik dan dapat dipercaya untuk menjadi pemimpin dan masyarakat yang sanggup membawa bangsa ini makin sejahtera.
Para senior yang berkumpul selama tiga hari itu menghendaki agar keluarga dan anak-anak muda bisa hidup dalam suasana lingkungan yang hijau, sejuk dan penuh kedamaian bersama dengan segala makluk yang hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, disamping kesibukannya merumuskan berbagai program dan langkah sederhana, para senior menyempatkan diri berkunjung ke Kebun Buah Mekarsari untuk belajar mencintai lingkungan dan sekaligus melihat bagaimana memelihara dan menciptakan suasana dimana makluk hidup dapat hidup secara harmonis, tetapi juga mendapat manfaat yang tinggi dari lingkungan yang hidup lestari serta memberi kesejahteraan kepada para senior dan keluarga yang memeliharanya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum Hipprada).
Sumber: http://www.damandiri.or.id/
0 komentar:
Posting Komentar